Ahmad Said Matondang
Allah SWT berfirman: Dan Dia (Allah) bersamamu dimanapun kamu berada (Qs. Al-Hadid:4)
Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab mendengar dialog antara seorang ibu dan anaknya disebuah rumah saat melakukan blusukan untuk melihat secara langsung kondisi rakyatnya.
Sang Ibu berkata, ” Wahai ananda, tambahkan air di dalam susu dagangan kita agar kita mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda”. Sang Anak menjawab, ” Wahai Bunda, bukankah khalifah melarang kita mencampurkan air dengan susu karena akan merusak kwalitas susu? “. Sang Ibu berkata, “Lakukan saja ananda. Khalifah tidak mengetahui apa yang kita lakukan?”. Sang Anak menjawab, “Wahai Bunda, Khalifah memang tidak mengetahui apa yang kita lakukan, namun Allah, Tuhannya Khalifah melihat apa yang kita lakukan”.
Di kisah yang lain, khalifah Umar bertemu dengan penggembala domba dan membujuk agar penggembala domba itu menjual beberapa ekor dombanya kepada khalifah Umar. Namun sang penggembala menjawab bahwa Ia hanyalah penggembala bukan pemilik domba-domba tersebut. Umar kemudian berkata, ” Jual saja beberapa ekor, Tuanmu tidak akan mengetahui bahwa ada dombanya yang telah dijual. Uangnya dapat engkau gunakan untuk berfoya-foya”. Namun sang gembala menjawab, ” Wahai Tuan. Memang Tuanku tidak akan mengetahui aku menjual domba-domba tersebut. Tetapi Tuhannya Tuanku mengetahui apa yang aku lakukan”.
Diantara hikmah dari Puasa adalah menanamkan sikap Muroqobah yaitu sikap selalu merasa dilihat dan diawasi oleh Allah SWT. Ketika berpuasa, mereka yang merasa di lihat dan diawasi oleh Allah, tidak akan berani memasukkan setetes air pun ke dalam tenggorokannya walaupun tidak ada yang melihat. Seseorang yang berpuasa, ia akan merasa bahwa apapun yang ia lakukan akan mendapatkan pantauan dari Allah SWT. Oleh karena itu, hasil didikan puasa akan melahirkan pribadi-pribadi ihsan yaitu pribadi yang selalu merasa bersama dengan Allah. Ketika ia menjadi pejabat, Ia tidak akan mudah korupsi atau menyelewengkan jabatannya untuk kepentingan dirinya karena ia merasa Allah bersama dengan dirinya. Ketika ia menjadi pegawai, Ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa harus di awasi oleh atasannya, karena Allah. sudah cukup baginya yang mengawasi pekerjaannya. Ketika Ia menjadi seorang penyelenggara pemilu, Ia tidak akan melakukan kecurangan karena Ia sadar dan tahu Allah melihat apa yang ia kerjakan.