Oleh : Ahmad Said Matondang

Rasulullah SAW: Seandainya umatku mengetahui keutamaan-keutamaan di bulan Ramadhan, sungguh mereka akan berharap sepanjang tahun adalah Ramadhan.”

Sesaat sebelum keberangkatan tentaranya menuju negeri yang akan di taklukkan, Nabi Zulkarnain berpesan, “Wahai para tentaraku, malam ini kita melewati sebuah sungai. Ambillah apa saja yang kalian injak dari dalam sungai dan masukkan kedalam kantong perbekalan kalian”.

Sesampainya di sungai yang dimaksud, ternyata para tentaranya ada yang menjalankan perintah Nabi Zulkarnain dengan sungguh-sungguh. Ada yang menjalankannya setengah-setengah. Bahkan ada yang tidak menjalankannya karena merasa akan menambah berat perjalanan menuju negeri yang akan ditaklukan.

Sesampainya di negeri tujuan, Nabi Zulkarnain memerintahkan para tentaranya untuk mengeluarkan apa-apa yang mereka masukkan kedalam kantong perbekalannya. Ternyata isinya adalah batangan emas, intan, permata dan berlian.

Buya Hamka seorang ulama kharismatik penulis tafsir Al-Azhar yang menjadi masterpiece karya beliau menjadikan kisah tersebut sebagai ibrah keutamaan bulan suci Ramadhan.

Keutamaan dan kemuliaan bulan ramadhan melebihi keutamaan dan kemuliaan intan, emas, permata dan berlian. Dalam khutbah diakhir bulan sya’ban yang merupakan awal bulan Ramadhan, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Manusia, Sungguh kalian akan dinaungi Bulan yang Agung, Bulan yang penuh dengan berkah, bulan yang didalamnya terdapat satu malam yang apabila kalian beribadah pada malam itu lebih baik dari orang yang beribadah selama seribu bulan yaitu lailatul qodar.

Dalam khutbahnya Rasulullah saw menyampaikan keutamaan keutamaan lainnya yang allah berikan kepada hambanya yang melaksanakan berbagai kebaikan dengan ganjaran yang berlipat ganda.

Namun selain diberikan ganjaran kebaikan yang berlipat ganda, Rasulullah saw mengingatkan juga bahwa banyak hamba-hamba Allah yang melaksanakan berbagai ibadah dibulan suci Ramadhan tidak mendapatkan ganjaran kebaikan apapun kecuali hanya lapar, haus, lelah dan rasa kantuknya saja. Mengapa sang hamba hanya mendapatkan hal itu saja? Karena Puasa dan ibadah-ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan tidak berefek pada kemaslahatan terhadap sosial. Karena seaungguhnya seluruh ibadah yang Allah perintahkan kepada hambanya harus berefek dan berimbas besar pada kebermanfaatan dan kemaslahatan sosial termasuk ibadah puasa.

Bukankah seharusnya setelah kita merasakan ibadah puasa, kita harus merasakan bahwa kita selalu merasa diawasi oleh Allah. Oleh karena kita senantiasa diawasi oleh Allah, seorang hamba tidak akan melakukan kemaksiatan baik secara sembunyi-sembunyi apalagi terang-terangan. Kecurangan Pemilu yang terjadi saat ini boleh jadi karena para pelakunya tidak merasakan efek dari ramadhan sehingga para pemangku kepentingan melakukan kecurangan yang efeknya terjadi kerusakan dan kekacauan dalam pemilu kita kali ini. Karena itu mari kita jadikan Ramadhan kita sepanjang hayat agar kebermanfaatan dan kemaslahatan mewujud bagi seluruh alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *