Oleh : Dr. Suhardin ( Ketua PCM Pasar Minggu )

Al-Quran adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW sepanjang masa. Nabi Besar Muhammad SAW tidak diberikan oleh Allah SWT mukjizat, sebagaimana Nabi dan Rasul Allah sebelumnya. Katakanlah Nabi Musa AS diberikan oleh Allah SWT berupa tongkat, dengan wasilah tongkat tersebut Nabi Musa AS dapat mengalahkan ular-ular siluman, yang dibuat oleh para tukang sihir bayaran Firaun.  Tongkat Nabi Musa dapat berubah wujud menjadi seekor ular besar yang dapat menelan semua ular siluman yang disulap oleh tukang sihir, membuat semua tukang sihir bayaran tersebut bersujud mengakui kenabian Nabi Musa.

Mereka meyakini, ular yang datang mengalahkan ular-ular imajinatif tukang sihir itu, unik dan berbeda dengan ular buatan sihir sulapan yang mereka ciptakan.

Dengan demikian, mereka mengakui kekalahan dan beriman terhadap kenabian Musa AS, sekalipun mereka mendapatkan punishment Firaun, dipancung agar tidak menyebar kepada yang lain ajaran yang dikembangkan Musa AS.

Demikian juga tatkala Musa AS dan pengikutnya sudah terdesak di bibir pantai Laut Merah. Atas perintah Allah SWT, Musa AS melemparkan tongkatnya, sehingga laut terbelah menjadi dua bagian, diantara bagian belahan laut tersebut terhampar jalan menuju daratan ke seberang.

Mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya, sesuai dengan tingkat pikiran dan tantangan yang tengah di hadapi di waktu itu.

Di masa Nabi Musa AS, tantangannya adalah kediktatoran dan keangkuhan seorang penguasa yang telah mengakui dirinya Tuhan, yang mampu menghidupkan dan mematikan manusia, maka Allah mengirimkan Musa AS, seorang pemuda cadal, sederhana tetapi atas izin Allah dan memberikan khabar kepada khalayak,  Allah SWT yang berhak disembah, bukan penguasa yang dzalim, maka kebesaran Allah dipertontonkan dengan aneka peristiwa yang melemahkan sang penguasa yang mengaku Tuhan tersebut.

Pada masa Nabi Isa AS, umat ditimpa kegalauan terhadap penyakit, baik penyakit spiritual maupun penyakit jasmani, maka Allah SWT memberikan mukjizat kepada Isa AS, mampu menyembuhkan orang yang sakit atas izin dan kehendak-Nya.

Nabi Isa AS juga diberi mukjizat mampu menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal atas kehendak-Nya, akibat maraknya kebohongan dan kepalsuan serta pengingkaran terhadap berbagai fakta dan data. Banyaknya cerita fiktif dan hoak di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan.

Nabi Muhammad SAW penutup sekalian Nabi dan Rasul, hingga hari kemudian, maka Allah SWT membekalinya dengan Al-Quran, mukjizat yang hakiki, baik dalam bentuk pilihan huruf, penggalan kata, susunan kalimat dan kandungan maknanya, semua adalah kemukjizatan yang hakiki dari Allah SWT.

Bukan hanya Nabi Muhammad SAW yang menggunakannya, tetapi segenap umat manusia yang berinteraksi dengan Al-Quran.

Manusia di era kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah era objektivitas, empirik dan rasional, semua dapat diilmiahkan, proses keberhasilan terjadi secara kausalitas, sebab akibat.

Jika ingin pandai silahkan berlatih, jika ingin cerdas silahkan belajar, jika ingin sukses silahkan rajin bekerja, jika ingin kaya silahkan bekerja keras, jika ingin terhormat silahkan menghormati orang lain, dan jika ingin banyak teman silahkan bergaul.

Jika ingin terkenal silahkan update status kapan saja dan dimana saja, jika ingin jadi politisi silahkan bergabung di partai politik, jika ingin jadi tokoh silahkan menjadi kader. Semua apa yang di dapat atas hasil yang diperbuat.

Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad, dengan pesan yang pertama iqra bis mirabbbikal khalq, bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.

Membaca gerbang peradaban manusia. Keberhasilan dan kejayan bangsa di dunia akibat ketekunannya dalam membaca, meriset dan melakukan inovasi sehingga bangsanya produktif, tidak konsumtif.

Bangsa Indonesia, kata Prof. Dadang Kahmad, bangsa yang sangat konsumtif dan importir, semua kebutuhan nyaris diimpor dari negara lain. Garam dan kebutuhan pokok di impor termasuk juga mushaf Al-Quran diimpor.

Indeks literasi bangsa Indonesia sangat rendah 0,001. Artinya seribu orang Indonesia hanya satu orang yang memiliki tingkat bacaaan yang memadai, dari 279 juta hanya 279 ribuan yang memiliki tingkat keterbacaan yang memadai, selebihnya hanya baca status dan baca japrian di berbagai media sosial.

Untuk mendapatkan kemukjizatan Al-Quran tersebut, dibutuhkan kecintaan yang dalam terhadap Al-Quran, karena menurut Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dadang, orang yang dicintai itu akan senantiasa akrab, maka dengan keakraban tersebut, berbagai rahasia dirinya akan tersampaikan kepada orang yang tengah dicintainya tersebut.

Demikian juga halnya, kata beliau, tatkala kita mencintai Al-Quran, berbagai kemukjizatan yang diturunkan Allah SWT untuk manusia ini akan terungkap dengan sendirinya.

Permasalahannya, bagaimana mencintai Al-Quran? Pertama, senantiasa dibaca setiap saat dan dimana saja berada, sekalipun tidak memahami maknanya, tetapi dengan membacanya, kebersamaan dan rasa cinta terhadap Al-Quran terbangun di dalam diri.

Kedua, berusaha untuk membenarkan bacaan dalam bentuk tajwid dan tahsin, sehingga bacaan yang dilantunkan memberikan pesona dan ketertarikan bagi orang-orang yang mendengarnya.

Ketiga, berusaha untuk memahami maknanya, berbagai media untuk memahami maknanya telah disediakan berbagai terjemahan dan tafsir, dengan memahami maknanya dapat memandu untuk mendapatkan pemahaman yang benar dan pengamalan yang tepat.

Keempat, jadikan pemahaman terhadap kandungan Al-Quran menjadi sumber inspirasi kepada pembaca yang berpikir dan senantiasa menganalisis dan meneliti untuk melakukan berbagai kegiatan kreatifitas dan inovasi dalam berbagai kegiatan penelitian.

Dengan demikia, Al-Quran menjadi profetik saint dan teo saint, dalam pengembangan berbagai keilmuan dan pengembangan intelektualitas.

Kerinduan untuk menjemput kemajuan dan kejayaan Islam, akan dapat diwujudkan oleh kaum beriman yang mencintai Al-Quran.

Sumber : https://www.kiprahkita.com/2024/03/cinta-quran.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *