Oleh : Syamsudin, S.Pd.I ( Wakil Bendahara PDM Jakarta Selatan )

 Suatu ketika Rasulullah naik ke mimbar untuk berkhutbah. Saat menaiki tangga pertama, Rasulullah berkata, “Aamiin.” Saat menaiki tangga kedua, beliau kembali berkata, “Aamiin.” Begitu pula saat menaiki tangga terakhir. Sahabat heran mendengar Rasulullah mengucapkan aamiin padahal tidak sedang berdoa. Mereka pun bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah kami mendengarmu mengucapkan aamiin tiga kali, apakah benar demikian dan mengapa?” Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa Malaikat Jibril mendatanginya dan berdoa untuk tiga perkara.

Meraih ampunan di bulan Ramadhan Malaikat Jibril berdoa di hadapan Rasulullah “Celakalah seorang hamba yang bertemu dengan bulan Ramadhan, lalu dia berpisah dengannya dalam keadaan tidak diampuni”.

Ramadhan adalah bulan Allah menjanjikan ampunan dosa untuk seluruh hamba-hamba-Nya. Setidaknya ada tiga kesempatan di mana setiap muslim dapat mendapat ampunan selama Ramadhan, yaitu melalui puasa, menghidupkan malam – malam Ramadhan, dan menghidupkan Lailatul Qadar. Rasulullah bersabda: “Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan pengharapan kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Dan siapa yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan beribadah karena iman dan harapan kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”. (HR. Muslim no. 760)

Dalam riwayat lain dari Sahabat Abu Hurairah ra. juga, Rasulullah bersabda “Siapa yang menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan beribadah, karena iman dan harapan kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah berlalu”. (HR. Muslim no. 759). Ada begitu banyak kesempatan meraih ampunan di bulan Ramadhan, maka tidak salah jika Rasulullah sangat menyayangkan orang yang tidak meraih ampunan Allah di bulan ini.

Setelah Rasulullah mengaminkan doa pertama, Jibril berdoa yang kedua:

“Celakalah seorang hamba yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya, tapi keduanya tidak membuat ia masuk surga”.

Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak. Bahkan, walaupun orang tua berbeda keyakinan dengan anak, anak tetap wajib berbakti kepada keduanya kecuali dalam hal yang bersinggungan dengan akidah. Saat menolak perintah orang tua yang bertentangan dengan ajaran Islam, dia pun harus tetap menolak dengan santun. Di luar itu, anak tetap wajib berbakti dan memuliakan kedua orang tuanya.

Allah SWT Berfirman : 

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ​ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ وَاِنۡ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنۡ تُشۡرِكَ بِىۡ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهٖ عِلۡمٌ ۙ فَلَا تُطِعۡهُمَا​ وَصَاحِبۡهُمَا فِى الدُّنۡيَا مَعۡرُوۡفًا​وَّاتَّبِعۡ سَبِيۡلَ مَنۡ اَنَابَ اِلَىَّ ​ۚ ثُمَّ اِلَىَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَاُنَبِّئُكُمۡ بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ‏

 Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beritahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan”.(QS. Luqman [31]: 14-15).

Berbakti kepada orang tua adalah kunci surga. Rasulullah bersabda :

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kamu mau, kamu bisa menyia-nyiakannya, dan bila tidak, kamu bisa menjaganya” (HR. Tirmidzi no. 1900).

Para ulama menafsirkan makna “surga paling tengah” dengan surga terbaik. Jika seorang anak menghormati, berbakti, dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya, maka itu akan menjadi sebab ia mendapatkan surga terbaik.

Setelah Rasulullah mengaminkan doa kedua, Jibril berdoa yang ketiga

Celakalah seorang hamba yang disebutkan namamu di dekatnya, tetapi ia tidak bershalawat kepadamu”. (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 644)

Setelah mendengar ini, Rasulullah menjawab, “Aamiin.” Shalawat kita kepada Rasulullah pada hakikatnya bukanlah untuknya, tetapi untuk kita sendiri. Shalawat adalah bentuk terima kasih kita kepada Rasulullah yang telah membawa cahaya kepada dunia ini. Beliaulah yang membawa risalah penyelamat bagi seluruh umat akhir zaman baik untuk kehidupan dunia dan akhirat. Rasulullah tidak membutuhkan shalawat kita, tetapi beliau berjanji menjawab semua shalawat dan salam yang kita kirimkan kepadanya. Maka, pantaslah merugi orang yang enggan bershalawat saat nama Rasulullah disebut.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *