Oleh : Suyatno (Wakil Sekretaris PDM Jakarta Selatan)

Perniagaan adalah pekerjaan yang spekulatif di mana pedagangnya pasti akan menemui satu dari dua kemungkinan, kalau tidak untung, ya rugi. Jika keuntungannya melimpah, dia akan menjadi orang kaya. Sebaliknya jika ia merugi dalam jumlah yang besar alias bangkrut, dia akan jatuh miskin. Itulah perniagaan di dunia, kadang rugi kadang laba, kadang jatuh kadang berjaya, dan terkadang pula kena tipu muslihat partner kerjanya.

Berbeda dengan perniagaan antara hamba dan Allah ta’ala, tidak pernah akan merugi selamanya. Allah subhana wa ta’ala berfirman dalam Surat Al Fathir ayat 29:

Sesungguhnya orang orang yang membaca kitabullah (Al Quran), mendirikan shoalat, dan menginfaqkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada merekas secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdangan yang tidak akan rugi.”

Ada  3 makna perdagangan seorang hamba kepada sang Khaliq yang pasti tidak mengalami kerugian :

1) Membaca Al Qur’an

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Siapakah di antara kalian yang suka berangkat pagi setiap hari ke Bathhan atau ‘Aqiq dan pulangnya membawa keuntungan dua unta yang besar punuknya tanpa melakukan dosa dan memutuskan tali silaturrahim?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, kami suka hal itu.” Beliau bersabda: “Tidak adakah salah seorang di antara kamu yang pergi ke masjid, lalu ia belajar atau membaca dua ayat Alquran? Sesungguhnya hal itu lebih baik daripada memperoleh dua ekor unta, tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor unta, empat ayat lebih baik daripada empat ekor unta dan (jika lebih) sesuai jumlah itu dari beberapa ekor unta.” (HR. Muslim)

Hadits di atas dengan seksama kita dapatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah berbincang dengan para sahabatnya dengan menggunakan bahasa-bahasa perniagaan, di mana beliau bertanya kepada para sahabatnya, ”Siapa diantara kalian yang mau pergi setiap hari ke Bathhan atau lembah ‘Aqiq, lalu ia pulang dengan membawa keuntungan dua ekor unta yang besar punuknya.” Selanjutnya beliau menyebutkan bahwa berniaga dengan cara membaca dua, tiga, empat ayat atau lebih, lebih besar keuntungannya bila dibandingkan dengan sekedar dua, tiga dan empat unta, padahal hewan ternak unta ini adalah hewan termahal di zaman beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

2) Mendirikan shalat

Karena muliaNya urusan Ibadah Shalat, Allah langsung menyampaikan kewajiban ini kepada Nabi-Nya tanpa perantara dalam peristiwa isra’ dan mi’raj. Dan perkara shalat inilah yang diwasiatkan Rasulullah terakhir kali sebelum beliau wafat.

Pahala orang yang mengerjakan shalat berjama’ah di masjid sangatlah besar, setiap langkah kaki akan menghapuskan berbagai dosa dan mengangkat beberapa derajat, sebagaimana sabda Nabi saw kepada para sahabatnya:

Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajat ?” Para shahabat berkata : “Tentu, Ya Rasulullah”, Beliau bersabda “ ….dan memperbanyak langkah menuju ke masjid …“ (HR. Muslim).

Kemudian beliau juga bersabda dalam hadits yang lain:

Shalat berjama’ah lebih utama dari shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat” (HR. Bukhari)

Oleh sebab itu, shalat berjama’ah di masjid adalah perniagaan yang tidak pernah merugi, karena Rasulullah saw telah bersabda:

Shalat lima waktu dan Shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya, semuanya adalah penghapus dosa jika menjauhi dosa-dosa besar.”(HR. Muslim dan Ahmad)

3) Bersedekah/Infak Fi Sabilillah.

Setiap perintah Allah kepada para hamba-Nya, wajib maupun yang sunnah selalu memiliki keutamaan langsung diperoleh di dunia atau akan dinikmati di akhirat kelak. Tentang sedekah, Islam telah menyediakan keutamaan dan pahala yang berlimpah di dunia maupun di akhirat.

Di antara keutamaan di dunia adalah meredam kemarahan Allah, mencegah kesusahan hidup, menolak bala, menyambung tali persaudaraan, dan juga melipat gandakan rezeki dan pahala.

Allah subhana wa ta’ala berfirman :

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

Tiada satu hari pun yang dilalui hamba-hamba Allah, kecuali pada pagi harinya turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang bakhil.” (HR Bukhari)

Adapun balasan yang disediakan di akhirat sungguh sangat berlimpah, di antaranya: mendapat naungan dari terik matahari tatkala di padang mahsyar. Rasulullah saw bersabda:

Setiap seseorang berada dibawah naungan sedekahnya pada hari kiamat, hingga tiba waktu perhitungan manusia” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah)

 

Marilah untuk bersama-sama  menjadi hamba yang pandai bertanya kepada diri sendiri :

Sudahkah membaca Al Qur’an hari ini ?

Sudahkah bersedekah hari ini ?

Sudahkan Shalat  fardhu kita dilaksanakan berjamaah di Masjid/Mushala setiap waktu ?

Bila sudah tentu terus pelihara dan jaga konsistensi, jika belum evaluasi diri untuk memulai dari saat ini  kapan lagi kalua tidak sekarang.

Inilah yang kita harapkan dari tiga perniagaan ini, yaitu keuntungan yang tidak pernah terhenti. Maka merugilah orang-orang yang melalaikannya. Bersyukurlah kita, masih diberi umur panjang hingga bersua kembali dengan bulan Ramadhan. Karena Ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk menjalankan perniagaan yang mulia ini.

 

Walahul Musta’an.

Mohon ampun atas dosa khilaf hambaMu ini Yaa Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *