Oleh : Suyatno ( Wakil Sekretaris PDM Jakarta Selatan )
Beragam cara dan budaya umat Muslim di seluruh dunia dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan banyak literasi buku yang mengisahkanya, berita utama media dalam memberitakan kapan awal Ramadhan dan kapan datangnya 1 syawal juga selalu berulang setiap menjelang datangnya bulan suci ramadhan, padahal perbedaan sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.
Ini menunjukkan secara langsung pengakuan umat lain, bahwa Shaum Ramadhan adalah ibadah yang mempunyai nilai utama dan kekhususan.
“ Barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari dari neraka sejauh tujuh puluh musim.” ( HR. Bukhari 2628 ).
Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah telah menyebutkan empat alasan dari perkataan para ulama yang menjelasakan makna hadits dan sebab pengkhususan puasa dengan keutamaan ini.
Alasan yang paling kuat adalah sebagai berikut:
- Bahwa puasa tidak terkena riya sebagaimana (amalan) lainnya terkena riya. Al-Qurtuby rahimahullah berkata, “Ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, maka puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut kecuali Allah, maka Allah sandarkan puasa kepada Diri-Nya. Oleh karena itu dikatakan dalam hadits, ‘Meninggalkan syahwatnya karena diri-Ku.’ Ibnu Al-Jauzi rahimahullah berkata, ‘Semua ibadah terlihat amalannya. Dan sedikit sekali yang selamat dari godaan (yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya) berbeda dengan puasa.
- Maksud dari ungkapan (Aku yang akan membalasnya), adalah bahwa pengetahuan tentang kadar pahala dan pelipatan kebaikannya hanya Allah yang mengetahuinya. Al-Qurtuby rahimahullah berkata, ‘Artinya bahwa amalan-amalan telah terlihat kadar pahalanya untuk manusia. Bahwa ia akan dilipatgandakan dari sepuluh sampai tujuh ratus kali sampai sekehendak Allah kecuali puasa. Maka Allah sendiri yang akan memberi pahala tanpa batasan. Hal ini dikuatkan dari periwayatan Muslim, 1151 dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallalm bersabda: “Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya.”
- Makna ungkapan (‘Puasa untuk-Ku’), maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang paling Aku cintai dan paling mulia di sisi-Ku. Ibnu Abdul Bar berkata, “Cukuplah ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’ menunjukkan keutamaannya dibandingkan ibadah-ibadah lainnya. Diriwayatkan oleh An-Nasa’i, 2220 Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian berpuasa, karena tidak ada yang menyamainya.” [Dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Nasai]
- Penyandaran di sini adalah penyandaran kemuliaan dan keagungan. Sebagaimana diungkapkan ‘Baitullah (rumah Allah)’ meskipun semua rumah milik Allah. Az-Zain bin Munayyir berkata, “Pengkhususan pada teks keumuman seperti ini, tidak dapat difahami melainkan untuk pengagungan dan pemuliaan.”
Puasa Ibadah yang Istimewa
Puasa adalah ibadah yang istimewa karena memiliki banyak keutamaan,di antara keistimewaannya yaitu puasa merupakan perisai bagi seorang muslim. Dalam sebuah hadits, Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa adalah perisai” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Puasa sebagai Perisai di Dunia dan Akhirat, yang dimaksud puasa sebagai (perisai) adalah puasa akan menjadi pelindung yang akan melindungi bagi hamba yang tunduk atas perintahNya baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun di dunia maka akan menjadi pelindung yang akan menghalanginya untuk mengikuti godaan syahwat yang terlarang di saat puasa. Oleh karena itu tidak boleh bagi orang yang berpuasa untuk membalas orang yang menganiaya dirinya dengan balasan serupa, sehingga jika ada yang mencela ataupun menghina dirinya maka hendaklah dia mengatakan, “Aku sedang berpuasa.”
Adapun di akhirat maka puasa menjadi perisai dari api neraka, yang akan melindungi dan menghalangi dirinya dari api neraka.
Dengan demikian makna laalakum tattaqun diakhir ayat surat Al Baqarah 183 sebagai perintah khusus Allah untuk orang-orang beriman melaksanakan Shaum Ramadhan, mestinya menjadi orang yang ahli Ibadah dan dapat menjadi tauladan dalam kehidupan keseharian ditengah masyarakat dan bukan sebaliknya, karena sesuangguhnya Shaum Ramadhan adalah miniatur keseimbangan kehidupan.