“Ya Allah, pertemukan kami dengan Ramadhan. Bantulah kami Ya Allah untuk menunaikan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya dan melakukan Qiyamullail pada malamnya. Ya Allah, terimalah segala amalan kami ini. Amin”

Ya Allah, dengan izin-Mu, Ramadhan segera menjelang, aku memohon dan berharap Engkau merelakanku untuk aku bersiap-siap menyambutnya. Aku memohon Engkau akan memberikan kesempatan untukku mendapatkan Ramadhan yang jauh lebih baik dan indah dibandingkan tahun-tahun yang telah lalu.

Bulan Ramadhan suatu nikmat sangat agung yang diberikan kepada umat Islam untuk mendapat ampunan dan rahmat Allah swt. Di bulan Ramadhan seseorang membutuhkan bekal intelektual dan pengetahuan yang cukup untuk bisa menjadi orang yang bershaum sesungguhnya agar bukan sekadar menahan lapar dan haus.

Jangan sampai memasuki bulan Ramadhan dalam keadaan belum membaca bab fikih shaum. Selain itu, seseorang juga membutuhkan kecerdasan emosional yang memadai untuk tetap dapat berjiwa seimbang meski dalam kondisi lapar dan lemah.

Karena itu, latihan mengendalikan emosi dan syahwat harus dimulai sebelum memasuki gerbang Ramadhan. Persiapan fisik yang cukup juga perlu dipersiapkan agar jasad tetap dalam kondisi prima saat menjalani shaum, menyesuai-kan pola makan, pola tidur, dan istirahat sesuai bulan Ramadhan juga dapat dipersiapkan sebelumnya. Berolahraga yang cukup dan memilih jenis makanan yang menunjang kesehatan juga menjadi penting.

Insya Allah Ramadhan akan segera tiba, oleh karenanya Setidaknya ada lima hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut Ramadhan, apa saja lima  persiapan tersebut?

Pertama, Mempersiapan ruhani. Persiapan ruhani atau mempersiapkan nurani untuk menyambut bulan Ramadhan merupakan persiapan yang sudah seharusnya dipersiapkan. Persiapan ruhani dapat dilakukan dengan cara tazkiyatun nafs/membersihkan hati dari penyakit dalam jiwanya sehingga hati nurani akan bersih dari penyakit yang dapat mengganggu ibadah di bulan Ramadhan nantinya. “Dan beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya” (Asy-Syams : 9)

Kedua, Mempersiapan Ilmu tentang ibadah Ramadhan. Agar Ibadah di bulan Ramdhan lebih maksimal maka kita perlu mendalami lagi ilmu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan yang dapat membekali kita untuk menjalani ibadah di bulan ini, terutama ilmu tentang amalan di bulan Ramadhan seperti hikmah puasa Ramadhan, tadarus Al-Quran, shalat Tarawih, i’tikaf di masjid hingga zakat.

Kita dapat mengetahui ilmu yang dapat menjadi bekal ramadhan nantinya melalui banyak cara. Bisa dengan mengikuti pengajian/majelis, membaca buku tentang Ramadhan, bertanya kepada ahlinya, bisa juga mencari melalui media internet. Dengan mengetahui ilmu yang berkaitan dengan Ramadhan kita akan lebih siap melaksana-kan amalan-amalan di bulan Ramadhan.

Ketiga, Mempersiapkan Fisik. Puasa ibadah yang memer-lukan fisik yang prima. Orang yang fisiknya kuat akan lancar dalam menjalankan puasa. Oleh karen itu, kita perlu memper-siapkan fisik kita untuk menjalankan ibadah Ramadhan dengan lancar walaupun saat bekerja.

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah” (HR.Muslim, Baihaki, Ibnu Majah)

Keempat, Mempersiapkan Harta. Mempersiapkan harta di bulan Ramadhan bukan berarti untuk membeli makanan yang banyak, melainkan untuk amal ibadah seperti infak/shadaqah, zakat mal maupun zakat fitrah, atau memberi makanan buka puasa untuk orang lain.

Dengan melakukan persiapan di atas semoga ibadah kita di bulan Ramahan nantinya akan lebih maksimal dan tentunya mendapat pahala dari Allah Ta’ala. Pada akhirnya, Selamat menyambut bulan Ramadhan bagi umat muslim di seluruh dunia.

Kelima, Jangan Lupa, Perbarui Taubat ! Nabi saw telah mengingatkan kita pada sabdanya: “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”

Taubat di sini mengisyaratkan tata cara seseorang meng-hadapi bulan ramadhan. Dia menyambut bulan ramadhan tanpa beberapa sekat yang akan mengotri bulan ramadhan. Oleh karena itu muslim yang memperhatikan hal ini akan selalu berusah untuk memohon ampunan kepada Allah swt agar suci dari dosa. Sebagai mana yang disebutkan dalam firman Allah swt: Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [QS. An Nuur: 31]

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.

Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kem-bali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri ber-amal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Marhaban Ya Ramadhan. Kata “marhaban” di beberapa kamus diartikan sebagai penghormatan dalam menyambut tamu yang akan datang (juga diartikan selamta datang).

Kata Marhaban bersal dari kat rahb, atau dalam bahasa indonesia berarti “luas” dan “lapang”, Hal ini menunjukkan bahwa tamu yang akan kita sambut memilik kemuliaan, dimana kita harus dalam keadaan lapang dan senang. Selain itu, kita harus mempersiapkan segala hal yang akan dikerja-kan nantinya.

Dari kata ini juga lahir kata rahbat, berarti sebuah ruang yang luas untuk dikendarai. Hal ini dimaksudkan bahwa kita akan mendapatkan sebuah ruangan luas yang nantinya kita gunakan dalam mendapatkan segala kebaikan untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya (setelah bulan ramadhan).

Dari urain tersebut, pengucapan marhaban ya ramadhan dimaksudkan sebagai ucapan kepada bulan ramadhan. Atau sebuah penantian dengan penuh kesenang-an, memiliki hati yang senantiasa dalam keadaan lapang, dengan berbagai persiapan yang matang. Shingga dapat di simpulkan bahwa kata “marhaban ya ramadhan” merupakan kendaraan yang akan mengasah diri kita untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda

Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan.

Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga.

Bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah swt. Demikian kurang lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin.

Tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Tahukah Anda apakah bekal itu? Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara. Semoga kita berhasil, dan untuk itu mari kita buka lembaran Al-Quran mempelajari bagaimana tuntunannya.

Dr. H. Edy Sukardi / Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jakarta Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *